Minggu, 21 November 2010

Demo di Makasar

Dalam beberapa hari ini demo marak kembali di kota-kota Indonesia, tidak saja di kota besar seperti Jakarta, Bandung tetapi juga di Makasar. Penggeraknya ialah mahasiswa aktivis kampus, kalangan LSM dan buruh. Topiknya hampir seragam, mengkritisi kinerja pemerintahan SBY-Budiono, yang tanggal 20 Oktober 2010 ini berulang tahun yang pertama. Tetapi untuk SBY sendiri adalah tahun pemerintahannya yang ke enam.

Demo erat kaitannya dengan upaya menyampaikan aspirasi. Pendemo bertujuan untuk aspirasi dan kepentingan rakyat. Sebenarnya pihak yang didemo juga, yaitu pemerintah yang berkuasa, adalah menjalankan pemerintahan yang dibentuk oleh rakyat melalui proses demokrasi.

Berbagai organisasi pergerakan rakyat dan gerakan mahasiswa tumpah ruah di jalan-jalan di Makassar menandai demonstrasi besar merespon setahun usia pemerintahan SBY-Budiono.

SBY dan Budiono di anggap trerlalu patuh menjalankan neoliberal. Paham neoliberal SBY-Budiono terbukti gagal, maka seharusnya diadakan gerakan putar haluan ekonomi-politik, dari pro-neoliberal dan pro-imperialisme menjadi anti-neoliberal dan pro-kemandirian bangsa,” ujar Ketua KPW PRD Sulsel Babra Kamal saat menyampaikan orasi di hadapan massa.

menurut saya demo terjadi di makasar adalah bentuk dinamika dalam berdemokrasi. Namun keutuhan bangsa dan negara ini adalah hal yang utama, begitu pula aspirasi dan kepentingan rakyat, harus diperjuangkan bersama. Terjadinya demo tentu dengan sebab dan motivasi tertentu. Demo merupakan upaya mengkritisi, meluruskan, dan mengingatkan supaya pemerintah kembali pada hakikat pemerintahan itu sendiri, supaya Presiden kembali pada tugas, kewajiban, janji dan sumpahnya. Oleh sebab itu, baik pendemo, aparat keamanan dan pemerintah, harus berada pada kedudukan dan fungsinya, sehingga pada akhirnya aspirasi dan kepentingan rakyat bisa tersalurkan. Tidak ada anarkisme pendemo, tidak ada arogansi amarat keamanan, dan tidak ada pemerintahan yang mengabaikan anspirasi rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar