Kamis, 14 Januari 2010

pendidikan tanpa sekolah

Jika anak-anak yang dididik tanpa sekolah tidak terikat untuk mengikuti kurikulum tertentu dan tidak perlu mengerjakan tugas pelajaran formal, lalu bagaimana mereka menghabiskan waktu mereka? Jika orang tua tidak mengawasi anak-anak yang belum mengerjakan pekerjaan rumah serta tidak mengevaluasi apa saja yang telah mereka pelajari, apa yang terjadi? Seperti apa rumah yang memberikan pendidikan tanpa sekolah?

Pendidikan tanpa sekolah relatif jauh lebih mudah dari pada pendekatan belajar yang lebih terstruktur, karena ada sedikit tugas formal yang harus dikerjakan. Tidak ada jadwal pelajaran, tidak ada tugas yang perlu diberikan, tidak ada tes tertulis untuk dinilai. Namun pendidikan tanpa sekolah juga lebih sulit dalam hal bahwa setiap orang harus selalu siap untuk belajar. Apa saja, kapan saja dan dimana saja bisa diubah menjadi kegiatan belajar dan mendidik. Jadi pendidikan tanpa sekolah jauh dari anggapan ’tidak melakukan apa-apa’. Bahkan para orang tua yang memilih cara pendidikan tanpa sekolah akan sangat terlibat dalam setiap jenak proses pembelajaran anak-anak mereka. Tetapi bedanya, proses itu bukan proses yang dipaksakan kepada anak-anak mereka, melainkan merupakan proses yang sangat kolaboratif dengan semangat kerjasama. Bukan pengawasan yang bersifat memaksa dan royal dalam memberi hukuman, bentakan, cubitan, sabetan rotan, jepretan karet bahkan tamparan sebagai bentuk kemarahan orang tua yang melihat anaknya tak mau mengerjakan PR atau tak mampu mengerjakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar